Saiful Bahri menjelaskan Kurikulum Merdeka di Kota Probolinggo. (Ahmad Qori/PWMU.CO)
PWMU.CO– Siswa bisa terjajah dunya wal akhirat gara-gara Kurikulum Merdeka yang salah penerapan.
Demikian disampaikan oleh H Saiful Bahri SPd MPd di Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka Sekolah Muhammadiyah Kota Probolinggo, Sabtu (6/8/2022).
Acara berlangsung di Graha Ahmad Dahlan Kantor PDM Kota Probolinggo. Peserta sebanyak 120 guru dari 6 sekolah Muhammadiyah. Ada 4 sekolah dasar dan menengah, serta 2 sekolah menengah kejuruan. Peserta mendapat pembekalan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka).
Dalam presentasinya, guru Bahasa Inggris SMAN 1 Kota Probolinggo iitu menyampaikan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang esensi Kurikulum Merdeka. Apa Tujuan Pembelajaran (TP), bagaimana Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), dan sampai mana Capaian Pembelajaran (CP) yang kita akan lakukan.
”Kemdikbud sudah merumuskan alokasi waktu intrakurikuler dan projek. Di kementerian lainnya, Kemenag juga merumuskan hal serupa. Itu artinya sekolah jenjang SD/MI sampai SMA/SMK dituntut bisa segera melaksanakan Kurikulum Merdeka ini,” terangnya.
Hanya saja, sambung dia, perlu diperhatikan strategi dan implementasinya juga terukur. ”Jangan sampai siswa malah terbebani sehingga bukannya merdeka tetapi malah terjajah dunya wal akhirat,” ujarnya disambut tawa para peserta.
Menurutnya, siswa bisa terjajah terjadi lantaran penyusunan struktur kurikulum yang dibuat melebihi blue print. Alokasi waktu pembelajaran di SD/MI bisa hanya 4 jam, di SMP/MTS setara 5 jam, meskipun belum ditambah dengan jam projek.
“Merdeka belajar ya merdeka mengajar sungguhan, walaupun ditambah muatan khusus sekolah. Janganlah kita berlomba-lomba menahan anak di sekolah sampai larut malam. Penglihatannya semakin buram,” ujarnya menggambarkan siswa bisa terjajah karena Kurikulum Merdeka ini.
Guru Vs Gadget
Menurut Saiful Bahri, guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu. Sekarang peran guru sudah bisa digantikan oleh gadget.
Kata dia, guru pada zaman sekarang sudah tidak sakti mandraguna lagi. Terkalahkan dengan gadget yang penuh dengan informasi up to date.
“Kalau kita sudah kalah level dengan gadget, jangan sampai Anda masih meyakini bahwa Anda adalah satu-satunya sumber belajar siswa,” kata Saiful Bahri yang instruktur pendidikan dan anggota tim ahli Kemdikbud sejak tahun 2013.
Dia menuturkan, Anda sebagai guru yang suka marah-marah, tidak menjaga penampilan, kurang wangi, dan telatan, jangan berharap, anak-anak menjadi simpati terhadap apa yang Anda katakan atau minta lakukan.
”Yang ada, banyak yang izin ke kamar mandi, meski hanya mencuci muka. Biasanya guru Matematika atau IPA yang begitu,” selorohnya yang mengundang tawa para peserta.
Siswa Harus Banyak
Ketua Majelis Dikdasmen Drs Sunardi MM dalam sambutannya menyampaikan, kepala sekolah dan guru harus mempunyai target tinggi dalam penerimaan siswa baru.
“Dengan siswa yang banyak, maka sandang pangan Anda sekalian bisa terjamin. Kalau tidak sungguh-sungguh, maka modyar sekolahan-nya. Terlebih bagi yang mempunyai tunjangan sertifikasi bisa mengalami kesulitan,” ujarnya.
Perubahan kurikulum ini, kata dia, perlu dipahami sebagai penyesuaian zaman. “Meski biasanya ganti menteri ganti kurikulum, alangkah baiknya juga kita bisa menemukan jawaban di balik itu, dari narasumber yang kita hadirkan pagi ini,” katanya.
”Guru harus beradaptasi segera mungkin untuk menyelaraskannya dengan pembelajaran di sekolah kita,” tuturnya.
Ketua PDM Kota Probolinggo Drs H. Masfu’ MSi mengajak para guru menjadi guru yang bukan hanya unggul dalam pemanfaatan teknologi tetapi juga berakhlaqul karimah.
“Guru harus adaptif dengan dinamika dunia pendidikan. Itu akan berguna dalam percepatan capaian belajar siswanya, demi menuju generasi emas pada tahun 2040,” ujarnya.
Penulis Ahmad Qori’ Ulul Albab Editor Sugeng Purwanto
The post Siswa Bisa Terjajah gara-gara Kurikulum Merdeka appeared first on PWMU.CO | Portal Berkemajuan.